Langsung ke konten utama

Masih Banyak Rakyat Miskin, Salah Siapa?

Jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Saat ini jumlah masyarakat miskin di Indonesia adalah sekitar 26,58 juta orang atau sekitar 10,12 persen dari total 265 juta penduduk Indonesia.
Kemiskinan memang merupakan salah satu masalah utama yang sedang kita hadapi di negeri ini, ada berbagai faktor yang menyebabkan kemiskinan itu dialami seseorang dan pada umumnya adalah karena belum atau tidak memiliki pekerjaan (menganggur). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sampai saat ini bahkan masih ada sekitar 6 juta lebih penduduk yang menganggur di Indonesia. 
Logikanya apabila angka pengangguran dapat ditekan maka tentu angka kemiskinan pun dapat berkurang. Langkah terbaik untuk memberantas kemiskinan dan penggangguran adalah dengan cara melalui pendidikan.
Pemerintah sudah memiliki program wajib belajar 9 tahun atau setara hingga mendapat ijazah tingkat SMP. Program ini tentu harus diawasi dengan baik sehingga seluruh masyarakat bisa mendapat manfaatnya karena dengan jalan pendidikan maka kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat menjadi lebih baik. Kualitas SDM yang baik sangat diperlukan karena pada saat ini lapangan pekerjaan hanya dibuka bagi mereka yang memiliki kualifikasi tinggi dan apabila tidak mampu memantapkan diri maka tentu akan sangat susah bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.
Belum lagi pada era globalisasi ini dan dengan keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut agar SDM Indonesia harus bisa memiliki kualitas standar internasional yang dapat bersaing dalam tingkatan global. Kualifikasi minimal yang dibutuhkan saat ini adalah setidaknya kita bisa menguasai bahasa asing, jika tidak mampu membayar kursus bahasa asing yang mahal maka kita bisa belajar secara autodidak melalui situs youtube ataupun situs belajar bahasa asing gratis lainnya. Sebenarnya, banyak cara untuk meningkatkan kualitas diri untuk memenuhi kualifikasi pekerjaan. Hanya, semangat untuk maju itu yang sangat diperlukan bukan sekadar bermalas-malasan dan berharap pemerintah menyediakan lapangan kerja bagi SDM dengan kualitas rendah.
Masih banyaknya jumlah rakyat miskin tentu membuat mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat tidak diam diri, mereka gerah dengan kondisi yang terjadi, seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh BEM di salah satu universitas di Indonesia. Mereka melakukan aksi demonstrasi sampai dengan kegiatan berupa penurunan pemerintah secara simbolis. Kegiatan ini mungkin dilakukan untuk mendorong pemerintah agar mereka tidak tinggal diam dan mau bergerak lebih cepat untuk mengatasi berbagai masalah yang ada termasuk juga masalah kemiskinan.
Mahasiswa sebagai agent of change alangkah baiknya apabila tenaga yang mereka miliki tidak dihabiskan semua untuk melakukan protes terhadap pemerintah namun juga menyisihkan tenaga untuk melakukan brainstorming agar dapat menemukan inovasi-inovasi atau ide-ide cemerlang yang mampu memperbaiki kondisi masyarakat saat ini. Inovasi dan ide itulah yang sangat diperlukan dan dapat mereka implementasikan saat pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dengan begitu, nantinya KKN tidak hanya dilakukan untuk sekadar memenuhi persyaratan wisuda tetapi benar-benar dilakukan untuk dapat memperbaiki kehidupan masyarakat, terutama untuk mengeluarkan mereka dari garis kemiskinan.
Saat ini, masyarakat juga dituntut agar bisa tampil sebagai pemeran aktif dan tidak serta merta hanya memosisikan pemerintah sebagai pelaku utama di setiap bidang kehidupan. Masyarakat juga harus berupaya membantu pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan yang ada, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat lapangan pekerjaan sendiri sehingga dapat menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran. Dengan begitu maka niscaya angka kemiskinan dapat berkurang dan kesejahteraan umum dapat merata tercapai.
Oleh: I Gede Yudi Arsawan
terbit: Koran Bali Post Edisi 21 September 2018
sumber gambar: google

Komentar